Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
SEPUTAR DAERAH

Tambang Parung Panjang Ditutup, Warga Akhirnya Bisa Hirup Udara Tanpa Rasa Batu Bata

0
×

Tambang Parung Panjang Ditutup, Warga Akhirnya Bisa Hirup Udara Tanpa Rasa Batu Bata

Sebarkan artikel ini
kondisi di Parung, akibat di lintasi mobil tambang batu

BOGOR – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), akhirnya menekan tombol “pause” untuk tambang di Parung Panjang. Bukan tombol Netflix, melainkan surat resmi bernomor 7920/ES.09/PEREK tertanggal 25 September 2025.

Isinya, tambang berhenti sementara karena dianggap lebih banyak bikin sengsara ketimbang berkah. Alasannya? Dari polusi, jalan berlubang macam kawah, jembatan rusak, macet permanen, sampai potensi kecelakaan. Singkatnya, semua penyakit kota bisa dirangkum: “Hadiah dari tambang.”

Example 300x600

“Selamat menikmati ketenangan, warga Parung Panjang. Mudah-mudahan bisa lega, karena tambang kami tutup sementara. Jangan sampai infrastruktur yang baru dibangun seminggu, sudah rusak lagi oleh truk-truk besar,” kata KDM dengan nada setengah lega, setengah sindiran, Sabtu (27/9/2025).

KDM menekankan, penutupan ini bukan untuk gaya-gayaan. Katanya, Pemprov Jabar ingin semua pihak diuntungkan. Tidak boleh ada yang terus-terusan panen duit dari batu, sementara warga setiap hari panen debu dan lubang jalan.

“Kita ingin semua diuntungkan. Jangan ada satu pihak ketawa-ketiwi hitung laba, tapi pihak lain batuk-batuk hirup abu,” sindirnya.

Penutupan ini, kata KDM, merupakan buntut dari evaluasi Surat Edaran Gubernur Jabar Nomor 144/HUB.01.01.01/PEREK yang sebelumnya mengatur pembatasan kegiatan tambang dan truk tambang di Parung Panjang, Rumpin, dan Cigudeg.

Masalahnya, meski ada SE, realitanya truk masih wara-wiri macam tak kenal aturan, tambang tetap jalan dengan rantai pasok yang lebih mirip rantai motor rongsokan longgar, berisik, dan gampang putus.

Penutupan ini membuat warga sedikit lega. Minimal, suara klakson truk yang biasanya jadi alarm subuh alami kini diganti suara ayam kampung. Jalan yang biasa jadi arena offroad gratis mungkin sebentar lagi bisa dilalui tanpa harus servis shockbreaker tiap bulan.

Namun, publik juga bertanya-tanya: ini beneran serius ditutup atau sekadar “gertak sambal”? Jangan-jangan setelah sebulan, tambang dibuka lagi dengan alasan “investasi dan lapangan kerja,” sementara warga kembali menelan debu gratis.

Penutupan ini jadi babak baru atau hanya jeda iklan, yang jelas warga Parung Panjang patut merayakan. Setidaknya, beberapa minggu ke depan mereka bisa merasakan hidup normal, jalan mulus (kalau cepat diperbaiki), udara agak bersih, dan tidur tanpa mimpi dikejar truk tambang.

Karena, di negeri ini, tambang bisa lebih sakti dari aturan, kecuali benar-benar ada niat politik buat pasang rem permanen.***