KOTA BEKASI – Di tengah padatnya pemukiman Bojong Rawalumbu yang kadang lebih ramai dari obrolan grup RT, ada satu rumah yang pagi ini jadi pusat perhatian.
Rumah milik Ibu Isnani, warga Kampung Rawa Roko RT 001 RW 041, akhirnya resmi “naik kasta” dari tidak layak huni menjadi rumah penuh harapan berkat program RUTILAHU dari Pemerintah Kota Bekasi yang digerakkan lewat TP PKK dan Yayasan Bersinar.
Yang datang pun bukan kaleng-kaleng. Ketua TP PKK Kota Bekasi Wiwiek Hargono Tri Adhianto, didampingi Sekretaris TP PKK Wuri Handayani, serta jajaran kecamatan dan kelurahan Rawalumbu, hadir langsung menandai peresmian rumah yang dulunya lebih akrab dengan bocor hujan daripada sinar matahari itu.
Ibu Isnani, seorang orang tua tunggal, hidupnya bisa dibilang seperti sinetron tanpa sutradara: penuh perjuangan, tapi selalu lanjut tayang. Demi membesarkan dua anaknya, ia membuka warung sembako kecil di rumahnya.
Namun, rumah yang dulu nyaris roboh itu membuat usahanya sering terhenti bukan karena pelanggan sepi, tapi karena gentengnya kadang ikut jualan, jatuh satu-satu tiap musim hujan.
Kini, rumah itu berdiri tegak dan tampak rapi. Dindingnya sudah dicat, atapnya tak lagi berlubang, dan warung kecil di depannya terlihat seperti simbol ketekunan yang akhirnya menang lawan nasib.
Dalam sambutannya, Wiwiek Hargono Tri Adhianto menegaskan, program RUTILAHU bukan cuma soal memperbaiki bangunan, tapi juga memperbaiki semangat hidup.
“Setiap bantuan yang diberikan adalah bentuk ketulusan dan kepedulian untuk saling menguatkan. Lewat gotong royong, kita ingin menumbuhkan nilai kemanusiaan bahwa kebaikan sekecil apa pun tetap berarti bagi mereka yang membutuhkan,” ujar Wiwiek dengan gaya tutur yang menenangkan, tapi cukup kuat untuk membuat semua kamera ponsel aktif merekam.
Dan karena hidup bukan hanya tentang tempat tidur yang kering, tapi juga dapur yang ngebul, Wiwiek pun menambahkan kabar baik:
Yayasan Bersinar memberikan bantuan pinjaman modal usaha untuk mengembangkan warung sembako milik Bu Isnani.
“Kami ingin beliau bisa semakin mandiri. Kisah perjuangannya ini bisa jadi inspirasi bagi siapa pun yang sedang merasa hidupnya sempit baik rumahnya, maupun saldo rekeningnya,” tambahnya, disambut senyum setuju dari para hadirin.
Anak pertama Ibu Isnani, dengan suara sedikit bergetar, mengucapkan terima kasih.
“Sekarang kami bisa tinggal dengan nyaman dan Ibu bisa jualan lagi dengan semangat baru. Terima kasih untuk semua yang sudah membantu kami,” katanya membuat beberapa warga diam-diam mengusap mata, meski alasan resminya “kelilipan debu”.
Sementara itu, di pojok halaman, para kader PKK terlihat sibuk memotret hasil kerja gotong royong.
Salah satunya sempat berbisik, “Kalau semua program kayak gini, Indonesia bisa bersih dari rumah roboh, tapi mungkin juga bersih dari alasan buat males kerja.”
Program RUTILAHU di Rawalumbu ini sekali lagi menunjukkan bahwa pemerintah bukan cuma bisa bangun jalan dan jembatan, tapi juga rasa empati.
Dengan menggandeng masyarakat dan lembaga sosial, hasilnya bukan hanya rumah yang berdiri, tapi juga harga diri yang pulih.
Ibu Isnani kini tak hanya punya tempat tinggal layak, tapi juga ruang untuk tumbuh bagi dirinya, anak-anaknya, dan impian kecil yang dulu nyaris runtuh bersama tembok lamanya.
Ketika acara usai, beberapa warga sempat bergurau,
“Kalau program ini lanjut, jangan-jangan nanti ada RUTILAHU edisi warung naik level.”
Dan Wiwiek hanya tersenyum karena tahu, di tengah kota yang sibuk, masih banyak orang seperti Ibu Isnani yang diam-diam berjuang keras tanpa banyak bicara.
Dan bagi mereka, satu rumah yang diperbaiki bukan sekadar bangunan, tapi bukti bahwa kepedulian masih punya tempat di tengah beton dan birokrasi.***