Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
KESEHATAN

Posyandu Bekasi Naik Kelas: Dari Timbangan Balita ke Bank Data Warga

0
×

Posyandu Bekasi Naik Kelas: Dari Timbangan Balita ke Bank Data Warga

Sebarkan artikel ini
Pemerintah Kota Bekasi lewat Dinas Kesehatan menggelar Sosialisasi Siklus Hidup Tingkat Kecamatan di Aula Dinkes, Senin 29 September 2025.

BEKASI UTARA – Pemerintah Kota Bekasi lewat Dinas Kesehatan menggelar Sosialisasi Siklus Hidup Tingkat Kecamatan di Aula Dinkes, Senin 29 September 2025.

Pesertanya para kader posyandu dari seluruh kecamatan, yang kini dibekali misi baru, bukan hanya menimbang balita dan bagi-bagi vitamin A, tapi juga jadi call center segala urusan warga.

Example 300x600

Ketua Posyandu Kota Bekasi, Wiwiek Hargono Tri Adhianto, menegaskan bahwa posyandu sedang dipoles menjadi pusat layanan serba ada berbasis enam Standar Pelayanan Minimal (SPM).

“Konsep satu data jadi kunci. Semua kebutuhan masyarakat akan terintegrasi di posyandu. Mau minta alat bantu dengar? Datanya di posyandu. Rumah tidak layak huni? Datanya juga di posyandu. Jadi bukan lagi sekadar timbang bayi, tapi timbang nasib juga,” ujar Wiwiek.

Enam SPM ala Posyandu Serba Bisa
Program enam SPM ini meliputi:

  1. Kesehatan
  2. Pendidikan
  3. Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
  4. Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman
  5. Ketenteraman & Ketertiban Umum
  6. Sosial

Dengan integrasi ini, posyandu akan bertransformasi jadi “kantor pelayanan mini” di tingkat RW. Warga cukup datang ke posyandu: dari urusan imunisasi sampai urusan rumah bocor, semua bisa didata.

Satirnya begini: kalau dulu posyandu identik sama timbangan gantung bayi, ke depan bisa jadi ada tambahan formulir rutilahu, pengaduan KDRT, sampai permintaan paving block. Semua serba satu pintu, meski pintunya masih di balai RW.

Wiwiek mengakui program ini masih baru, jadi pelaksanaannya dilakukan bertahap. Para kader posyandu akan terus diberi sosialisasi dan pendampingan.

“Pelan-pelan kita lakukan. Intinya, posyandu harus siap melayani kebutuhan lintas sektor dengan basis data tunggal,” katanya.

Pemkot Bekasi berharap dengan sistem ini, data warga tak lagi tumpang tindih. Tidak ada lagi cerita warga miskin dobel bantuan, sementara tetangga sebelah tak pernah tersentuh.

Transformasi posyandu ini ibarat upgrade aplikasi, dari versi beta ke all-in-one superapp. Bedanya, kalau aplikasi suka error, posyandu harus sigap karena yang ditangani bukan file, melainkan manusia.

Namun, tantangannya jelas: jangan sampai posyandu yang dulu hanya penuh ibu-ibu kader, sekarang malah jadi tempat warga antre urusan birokrasi panjang. Posyandu bisa jadi “mini kantor kelurahan” bedanya, lebih cepat, lebih ramah, dan biasanya ada gratisan bubur kacang hijau.

Kalau sukses, Bekasi bisa jadi kota pertama yang membuktikan kesejahteraan rakyat dimulai dari meja posyandu, bukan meja rapat DPRD.***