JATISAMPURNA – Jargon Generasi Emas 2045 yang terus digaungkan, nampaknya bertolak punggung dengan kondisi di lapangan yang justru muncul fakta ironis pada generasi muda Bekasi sebagian malah “diselewengkan” ke arah yang jauh dari emas, lebih mirip seng berkarat.
Hal ini terungkap dari investigasi aktivis muda Muhammad Rizky, yang menemukan maraknya praktik prostitusi online dan kumpul kebo remaja di kawasan Jalan Cempaka, Jatisampurna, Kota Bekasi.
Temuan ini diumumkannya pada Kamis (2/10/2025), sekaligus menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah yang seolah menutup mata.
Menurut Rizky, sejumlah indekos di kawasan tersebut dihuni remaja pria dan wanita yang belum menikah, bahkan ada yang masih di bawah umur.
Lebih parahnya, kos-kosan itu bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga markas “open BO” alias prostitusi online.
“Miris sekali, ada anak tanggung bahkan di bawah umur yang sudah terjebak prostitusi online dan kumpul kebo. Kalau dibiarkan, kita bukan lagi bicara Bekasi Kota Patriot, tapi Bekasi Kota Praktik,” ujarnya pedas.
Rizky menilai kondisi ini jelas bertolak belakang dengan cita-cita Presiden untuk membangun Generasi Emas.
“Kalau begini, bukan generasi emas yang kita dapat, tapi generasi ‘emesh’—emosi tiap kali lihat laporan moral anak bangsa hancur,” tambahnya, setengah getir setengah menyindir.
Tak hanya prostitusi online dan kumpul kebo, Rizky juga menyoroti fenomena hiburan malam di Jatisampurna yang selalu ramai tiap malam. Di sana, banyak remaja tanggung yang cerai muda lalu bekerja sebagai ladies companion (LC).
“Coba bayangkan, generasi muda yang seharusnya kuliah atau kerja kreatif, malah sibuk menemani tamu karaoke. Ini seperti kita sedang membiarkan bonus demografi berubah jadi bencana demografi,” ungkapnya.
Fenomena ini sontak menimbulkan pertanyaan klasik namun menohok: di mana peran pemerintah kota? Apakah aparat dan dinas terkait benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu karena semua orang sudah “kebal” dengan amplop hiburan malam?
Rizky mendesak adanya tindakan tegas, baik dari Pemkot Bekasi maupun aparat hukum. “Kalau tidak segera ditangani, kerusakan moral ini akan menjelma jadi virus sosial. Dan ketika sudah mewabah, jangan salahkan rakyat kalau tidak percaya lagi pada jargon pemerintah,” pungkasnya.
Kasus ini, menurutnya, bukan sekadar urusan remaja nakal, tapi alarm keras yang menuntut kolaborasi: pemerintah, orang tua, sekolah, hingga masyarakat.
Tanpa itu, Bekasi hanya akan terus melahirkan generasi yang bukan emas, tapi generasi yang “berlapis perak tipis” untuk menutupi luka sosial yang makin dalam. (TONO) ***