METRO BEKASI – Pada sebuah sudut jalan yang sibuk di Kalibaru Timur, di antara deru kendaraan dan keramaian kota, ada satu lapak sederhana yang menawarkan perjalanan kembali ke masa lalu. Bukan dengan mesin waktu, melainkan melalui tumpukan buah-buahan kampung yang kini semakin langka.
Di sana, seorang pria bernama Nijan, seolah-olah menjadi penjaga pintu gerbang nostalgia bagi mereka yang merindukan cita rasa otentik dari masa kecil.
Setiap pukul tiga sore, Nijan, pria asal Gabus, memulai ritualnya. Ia menggelar lapaknya yang unik, di mana buah-buahan lokal yang tak lagi mudah ditemukan menjadi bintang utama.
Saat pedagang lain menjajakan buah impor, Nijan gigih melestarikan buah-buahan seperti jambu air yang renyah, jambu monyet yang eksotis, dan jambu bol yang sering disebut jambu monyet di Bekasi. Kehadiran buah-buahan ini bukan sekadar jualan, melainkan upaya menjaga warisan kuliner Indonesia.
Di balik lapaknya, ada cerita tentang perjuangan dan kesetiaan. Untuk mendapatkan pasokan buah-buahan langka ini, Nijan harus berkeliling ke berbagai daerah, berburu buah-buahan yang jumlahnya terbatas. Semangatnya tak pernah pudar. Ia percaya bahwa generasi muda juga perlu merasakan kekayaan rasa dari buah-buahan asli Indonesia ini.
Ketika malam tiba dan lapaknya masih ramai, Nijan bukan hanya menjual buah, tetapi juga menyajikan kenangan. Lapak ini menjadi titik temu bagi mereka yang mencari kesegaran buah langka dan juga semangat seorang penjual yang teguh melestarikan warisan alam.
Bagi siapa pun yang ingin kembali mencicipi rasa kampung, lapak Nijan menanti di Jalan Kalibaru Timur, RT 01 RW 01, hingga tengah malam.***
