Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
banner 200x200
JURNAL WARGAOPINI

Jebakan Program “Bekasi Keren”: Ketika Janji Manis Berubah Jadi Drama Birokrasi

×

Jebakan Program “Bekasi Keren”: Ketika Janji Manis Berubah Jadi Drama Birokrasi

Sebarkan artikel ini
Dana hibah RW 100 juta

METROBEKASI.CO.ID – Kota Bekasi, sebuah kota yang sarat dengan cerita-cerita uniknya, kini punya satu kisah baru yang menggelitik sekaligus miris. Kisah ini melibatkan para punggawa pemerintahan, janji kampanyenya yang bak madu, dan para ketua Rukun Warga (RW) yang kini cuma bisa mengelus dada.

Bukan dana hibah, tapi anggaran program penataan lingkungan sebesar Rp 100 juta yang dijanjikan, kini justru jadi bahan olok-olok dan pertanyaan besar bagi para pengurus RW.

Example 300x600

Sebuah Janji Kampanye, Bukan Janji Manis

Saat kampanye Pilkada, janji untuk mengucurkan Rp 100 juta bagi setiap RW mungkin terdengar seperti kabar baik bagi warga. Angka yang fantastis itu seolah menjanjikan lingkungan yang lebih bersih, tertata, dan nyaman.

Para ketua RW pun, dengan penuh semangat dan rasa percaya diri, menyambutnya. Mereka menganggap ini bukan sekadar janji politik biasa, melainkan sebuah komitmen serius dari pemimpin untuk memajukan lingkungan di tingkat paling dasar.

Anggaran untuk Rakyat, Dikendalikan oleh… Pihak Lain?

Namun, drama dimulai ketika realisasi janji itu terungkap. Anggaran Rp 100 juta tersebut, ternyata bukan untuk dikelola langsung oleh para ketua RW, melainkan untuk program penataan lingkungan yang dikelola oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) bentukan pemerintah.

Para ketua RW yang sudah susah payah mengikuti serangkaian proses birokrasi, mulai dari sosialisasi, pendampingan, hingga penyusunan proposal, kini harus menerima kenyataan pahit ini. Mereka hanya bisa menyaksikan dana yang seharusnya bisa mereka manfaatkan untuk kebutuhan lingkungan, malah dikendalikan oleh Pokmas, sekalipun itu juga bagian dari warga di RW masing-masing.

Ini ibarat memesan makanan di restoran, tapi saat makanan datang, justru pelayan yang menyuapinya. Rasanya, nikmatnya hilang, berganti dengan rasa kesal dan dipermainkan.

Para ketua RW yang sudah lelah mengikuti “permainan” birokrasi ini, kini hanya bisa menunggu dengan tidak pasti. Janji pencairan di akhir Oktober yang sudah dinanti-nantikan pun kini hanyalah tumpukan kertas yang berdebu.

“RW Jangan Ngentit”, Sebuah Tamparan Keras

Puncak dari kekesalan ini adalah pernyataan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, yang dengan entengnya menyebut, “RW jangan ngentit”. Pernyataan ini, yang diucapkan di tengah polemik anggaran, seolah mengindikasikan bahwa para ketua RW adalah sekelompok penyamun yang berpotensi menyalahgunakan dana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *