JATISAMPURNA – Malam hari di Jatisampurna, Bekasi, kini lebih menyeramkan daripada nonton film horor tanpa soundtrack. Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) di Jalan Lurah Namat dan Pasar Kranggan mati total, membuat jalanan berubah jadi catwalk para begal dan arena balap liar menuju IGD.
Bagi warga sekitar, setiap kali keluar rumah malam-malam terasa seperti ikut acara Uji Nyali. Bedanya, tak ada kameramen, tak ada host, dan hadiah utamanya cuma satu: bisa pulang dengan dompet dan motor masih lengkap.
“Di sini sering begal, sudah beberapa kali. Kalau ada orang lewat bawa senter kepala kayak penambang batubara pun udah nggak aneh,” keluh seorang warga.
Pemkot Bekasi: Lampu Mati, Janji Nyala
Dishub Bekasi konon punya layanan pengaduan soal PJU. Sayangnya, fungsinya mirip SMS ke mantan, centang biru ada, balasan nihil.
Pasalnya, meskipun warga sudah berulang kali lapor, tapi hasilnya tetap sama, lampu padam, pejabat terang-benderang ngomong visi misi.
Ironisnya, Pemkot sering pamer jargon “smart city”. Tapi lampu jalan aja kalah sama bohlam 5 watt warung indomie. Kalau ini yang disebut pintar, warga bingung, Bekasi ini smart city atau dark city?
Mungkin solusi terbaik adalah mewajibkan pejabat Bekasi lewat jalur itu tiap malam tanpa pengawalan, tanpa strobo, dan tanpa driver. Kalau selamat, berarti warga lebay. Kalau enggak… yah, baru deh dianggap urgent.
Kegelapan ini tak hanya bikin warga trauma, tapi juga bikin pengendara luar daerah ogah lewat. Akibatnya, jalanan jadi sepi. Bagus untuk begal mereka bisa bekerja lebih fokus tanpa gangguan lalu lintas.
“Begini amat jadi warga. Malam-malam kayak main Survivor, tapi hadiahnya bukan miliaran, melainkan masih bisa hidup,” sindir warga lain.
Sejatinya, PJU bukan sekadar estetika kota, tapi soal nyawa. Sayangnya, di negeri ini yang sering padam bukan cuma lampu jalan melainkan juga rasa tanggung jawab. (TONO) ***