BANTAR GEBANG – Ada yang berbeda di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, pagi tadi.
Bukan ada artis sinetron datang, bukan pula razia sandal jepit di masjid, tapi karena Bu RW May Nabila, istri dari Bapak Lontir, menggagas kegiatan K3 (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban) dan Posyandu Balita dalam satu paket bersih-bersih sambil sehat-sehat.
Konsepnya sederhana tapi efektif selokan bersih, imun balita naik. Dan seperti biasa, kalau Bu RW sudah turun ke lapangan, warga pun ikut semangat meski sebagian masih sempat ngeluh kecil, “Bu, kopi dulu nggak apa-apa kan sebelum nyapu?”
Sejak pukul 07.00 WIB, halaman Pos RW sudah berubah jadi markas kebersamaan.
Ibu-ibu berseragam daster, bapak-bapak bersenjatakan sapu lidi dan cangkul, semua bergerak dengan gaya khas warga yang baru saja diingatkan soal lomba kebersihan tingkat kelurahan.
“Kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama,” ujar Bu May Nabila lantang, sambil memegang mikrofon seperti sedang orasi.
Ucapannya disambut anggukan mantap, meski beberapa bapak terlihat masih sibuk memastikan rokoknya aman dari semprotan air got.
Tapi hasilnya nyata selokan yang semula bau nostalgia masa lalu kini jadi bening, taman kecil di depan pos RW kembali berwarna, dan halaman tampak siap kalau tiba-tiba wali kota lewat dadakan.
Selesai sapu-menyapu, giliran acara Posyandu yang mengambil alih suasana.
Para kader dengan seragam pink beraksi seperti tim medis Formula 1: cepat, sigap, dan penuh senyum.
Puluhan balita ditimbang, diukur, dan diberi vitamin sebagian menangis, sebagian lagi justru tertawa karena dikira mau dikasih es krim.
“Kami sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini,” kata Ibu Susi, warga yang datang bersama anaknya. “Selain lingkungan jadi bersih, anak kami juga bisa langsung diperiksa kesehatannya.”
Sambil menenangkan anaknya yang baru saja menolak ditimbang, ia menambahkan pelan, “Tinggal bapaknya aja nih yang belum mau diperiksa, soalnya sering pura-pura sehat tiap akhir bulan.”
Tak mau kalah, Bapak Lontir, sang Ketua RW, juga hadir langsung.
Ia bukan tipe pejabat lingkungan yang hanya muncul waktu pembagian sembako. Dengan gaya tenang tapi tegas, ia memuji semangat warganya.
“Semoga kegiatan seperti ini bisa rutin kita laksanakan. Kolaborasi antara pengurus dan warga adalah kunci kemajuan di RW kita,” katanya, disambut tepuk tangan warga yang sudah mulai menunggu giliran konsumsi.
Seseorang bahkan berbisik, “Pak RW ngomongnya bagus banget, kayak lagi debat capres, cuma tanpa janji tol baru.”
Kegiatan yang awalnya sekadar bersih-bersih ternyata menyentuh hal yang lebih penting: kebersamaan.
Di tengah kota yang kadang sibuk dengan gosip politik dan cicilan motor, RW 03 membuktikan bahwa gotong royong belum punah, cuma butuh pemantik bernama Bu May.
Dari sapu lidi sampai timbangan balita, semuanya punya satu tujuan: menjaga lingkungan dan generasi tetap sehat jasmani, rohani, dan sosial medianya.
Karena di Bantar Gebang, mungkin bukan cuma sampah yang bisa didaur ulang, tapi juga semangat warga untuk tetap peduli pada sekitar.
Saat kegiatan berakhir, ibu-ibu duduk sambil menyeruput teh, bapak-bapak menyalakan rokok lagi (karena katanya sudah kerja keras), dan anak-anak bermain di taman yang kini lebih rapi.
Udara terasa sedikit lebih segar, meski aroma bakwan goreng dari dapur Posyandu mulai menguasai suasana.
Kata seorang warga yang duduk di pojokan, “Kalau tiap minggu begini, bisa-bisa kita sehat sebelum puskesmas datang.”
Dan di situ, Bu RW May tersenyum puas karena di RW 03, kebersihan ternyata bisa semanis vitamin rasa jeruk.***
