BEKASI TIMUR – Warga Jalan Bintan Raya, RW 04, Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, mempertanyakan proyek drainase yang mereka sebut sebagai proyek “siluman”. Pasalnya, proyek yang digadang-gadang sebagai solusi banjir sedengkul itu justru lebih mirip eksperimen setengah hati.
Pengerjaan baru dilakukan di beberapa titik, sementara sisanya terbengkalai seperti rumah jomblo yang ditinggal kabur kontraktornya.
Proyek tersebut disebutkan berasal dari aspirasi anggota DPRD Kota Bekasi lewat mekanisme pokok pikiran (pokir) yang konon katanya untuk mengatasi banjir. Sayangnya, harapan itu kandas. Banjir masih eksis, bahkan lebih eksis daripada progres proyek itu sendiri.
Sejak awal warga dibuat bertanya-tanya karena papan proyek yang seharusnya jadi bukti transparansi entah raib ke mana. Padahal papan itu penting, karena di situ tertulis siapa kontraktornya, berapa anggarannya, hingga kapan proyek selesai.
Ironisnya, satu-satunya papan yang terlihat justru papan ala drama komedi: “Hati-hati, mohon maaf perjalanan Anda terganggu, sedang ada pekerjaan galian drainase.”
“Lho, bukannya papan proyek, malah papan minta maaf. Apa ini proyek drainase atau proyek konten motivasi?” celetuk salah satu warga heran.
Minimnya transparansi ini bikin warga menduga-duga ada sesuatu yang tidak beres. Apalagi pekerjaan yang dikerjakan setengah jalan membuat proyek ini terasa lebih seperti pajangan ketimbang solusi banjir.
“Kalau begini caranya, jangan-jangan uang drainase malah tersedot ke ‘saluran’ lain,” sindir seorang warga.
Desakan Warga
Kini warga menuntut kejelasan. Mereka meminta agar:
- Papan proyek segera dipasang sesuai aturan, bukan papan permintaan maaf.
- Proyek dikerjakan tuntas, bukan tebang pilih.
- Anggaran pokir benar-benar digunakan untuk kesejahteraan, bukan sekadar bahan kampanye atau proyek musiman.
Musim hujan semakin dekat, banjir semakin pasti, sementara proyek drainase masih lebih banyak bikin drama ketimbang hasil.
Warga pun kini menunggu apakah Pemerintah Kota Bekasi serius menindaklanjuti, atau cukup puas dengan slogan “Hati-hati, mohon maaf” sebagai solusi banjir.
“Kalau papan minta maaf bisa bikin rumah kering, sudah dari dulu kita pasang di depan rumah masing-masing,” kelakar warga lain.
Untuk sementara, warga Jalan Bintan Raya hanya bisa mengangkat celana sampai lutut, sambil berharap proyek drainase ini tidak benar-benar berubah jadi proyek siluman permanen. (RIFQ) ***